فصل في التَّصَوف والصُّوفي
( PASAL ) TENTANG TASHAWWUF DAN SUFI
قال الجنيد: التصوف: حفظ الأوقات "، قال: وهو أن لا يطالع العبد غير حده، ولا يوافق غير ربه، ولا يقارن غير وقته ".
Al-Junaid berkata : “Tasawuf adalah menjaga waktu ( dapat menggunakan waktu ), juga seseorang tidak berbuat di luar kemampuannya, Tidak menyetujui sesuatu kecuali dari Allah, tidak menyertakan perbuatan-perbuatan lain selain waktunya.”
وقال ابن عطاء: التصوف: الاسترسال مع الحق ".
Ibnu `Atha` berkata : “Tasawuf ialah bersukahati bersama Yang Maha Benar ( Allah Swt. ).”
قال أبو يعقوب السوسي: الصوفي: هو الذي لا يزعجه سلب، ولا يتعبه طلب ".
Abu Ya’qub Al-Susi berkata : “Sufi ialah orang yang tidak merasa sukar dengan hal-hal yang terjadi pada dirinya dan tidak mengikuti keinginan hawa nafsu-nya.”
قيل للجنيد: ما التصوف؟ قال: لحوق السر بالحق، ولا ينال ذلك إلا بفناء النفس عن الأسباب؛ لقوة الروح والقيام مع الحق ".
Seseorang bertanya kepada Al-Junaid: “Apakah Tassawuf itu?” Al-Junaid menjawab : “Tashawwuf itu ialah bersatunya hati seseorang dengan Yang Maha Benar ( Allah Swt. ) dan hal ini tidak bisa dicapai kecuali dengan menghilangkan keinginan-keinginan hawa nafsu demi untuk menguatkan jiwa dan berada bersama Yang Maha Benar ( Allah Swt. ). “
وسئل الشبلي: لم سميت الصوفية صوفية؟ قال: لأنها ارتسمت بوجود الرسم وإثبات الوصف، ولو ارتسمت بمحو الرسم لم يكن إلا اسم الرسم ومثبت الوصف، فأحالهم على رسومهم، وأنكر أن يكون للمتحقق رسم أو وصف ".
Al-Syibli ditanya : “Mengapa seorang Sufi disebut Sufiyyah ? Al-Syibli menjawab : “Seseorang disebut Sufi, karena pada diri orang itu terdapat tanda-tanda dan sifat-sifat sufi, apabila pada diri seseorang itu tidak tedapat tanda-tanda dan sifat-sifat sufi maka ia tidak berhak mendapat sebutan sufi, karena ia mengingkari tanda-tanda dan sifat-sifat sufi.”
قال أبو يزيد: الصوفية أطفال في جحر الحق ".
Abu Yazid berkata : “Sufiyyah adalah anak-anak yang berada di pangkuan Yang Maha Benar ( Allah Swt. ).”
قال أبو عبد الله النباجي: "مثل التصوف مثل علة البرسام، في أولها هذيان، فإذا تمكنت أخرست"، يعني: أنه يعبر عن مقامه، وينطق بعلم حاله، فإذا كوشف تحير وسكت.
Abu `Abdullah An-Nabaji berkata : “Tasawuf itu umpama penyakit tumor yang berada pada perut seseorang, dimana pada tingkat awal si penderita selalu mengigau, tetapi apabila penyakitnya ini telah lama bersemayam pada diri si penderita maka si penderita akan membisu ( diam ) . begitu pula sufi, pada awalnya ia akan selalu menyatakan kedudukannya, tetapi kemudian setelah ia berjalan dengan ilmu spiritualnya, dan kerahasiaan yang Ghaib di singkapkan kepadanya , maka ia akan merasa bingung dan bediam diri.”
سمعت فارسا يقول: متى تظاهر في خواطر الهجوس على دواعي ملمات النفوس، وجد السبيل إلى ترجيح الأولى، فيقع النشر. وأما الوصلة: فإنها تحجب موادَّ الإملاء، فيكون المرجع إلى الخرس عن كل نفس ".
Saya telah mendengar Al-Faris berkata : “Dikala seseorang dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran yang datang dari jiwanya, maka ia akan berusaha untuk mengemukakan pemikiran-pemikirannya , dan apabila hal ini terlaksana maka ia akan merasa puas dan ia akan membisu atas dirinya.”
سئل النورى عن التصوف؟ فقال: نشر مقام، واتصال بقوام "، قيل له: فما أخلاقهم؟ قال: إدخال السرور على غيرهم، والإعراض عن أذاهم؛
Al-Nuri ditanya mengenai Tasawuf, maka Al-Nuri menjawab : “Tasawuf ialah mencari pengalaman spiritual dengan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa ( Allah Swt. ) seterusnya ia pun di tanya :”Bagaimana akhlaq mereka ? maka Al-Nuri menjawab : “Mereka berusaha menggembirakan orang lain, dengan berusaha membantu meringankan beban yang ada pada orang lain tersebut.
كما قال الله تعالى: { خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ } ".
Sebagaimana dinyatakan firman Allah Swt. : “Jadilah engkau pemaaf, dan serulah orang mengerjakan yang ma`ruf ( mengerjakan `amal kebaikan ) serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” ( Q.S. Al-A`raf : 199 ).
معنى " نشر مقام ": هو أن يعبر عن حاله إذا عبر، لا عن حال غيره، بلسان العلم.
Yang dimaksud dengan “mencari pengalaman spritual” adalah menyatakan keadaan spiritualnya sendiri bukan keadaan spiritual selainnya (bukan keadaan spiritual orang lain ), Dengan lisan ilmu”.
ومعنى " اتصال بقوام ": هو أن يحمله حاله في حاله عن حال غيره.
Dan yang dimaksud dengan “mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa ” ialah keadaan spiritualnya akan membawa kepada keadaan dirinya disisi Allah Swt., bukan pada keadaan selainnya.”
وأنشدونا للنورى:
Kami Syairkan sebuah syair dari An-Nuri :
أَزْعَجَتْنِي عَنْ نُعُوْتِ الْحَالِ بِالْحَالِ *** وَكَيْفَ يُنْعَتُ "مَنْ لَا قَالَ بِاْلقَالِ؟
مَا كُلُّ مَنْ يُدْعَى حَالًا تُصَدِّقُهُ *** حَتَّى يُتَرْجِمَ عَنْهُ صَاحِبُ الْحَالِ
Seseorang telah membingungkan diriku dari mengikuti Pengalaman ( keadaan spiritual ) dengan keadaannya ***
Bagaimana seseorang yang tidak sependapat dengan perkataannya bisa diikuti.
Tidaklah orang mendakwakan keadaan spiritual mesti dibenarkan ***
Sebelum orang yang Ahli dalam keadaan spiritual membenarkannya.
ونريد أن نخبر الآن ببعض المقامات على لسان القوم من غير بسط؛ كراهة الإطالة، ونحكى من مقالات المشايخ فيها ما قرب منها إلى الأفهام، دون الرموز الخفية، والإشارات الدقيقة،
Sekarang kami akan menerangkan secara sederhana sebagian kedudukan ( Maqam ) keadaan spiritual sufi berdasarkan pendapat-pendapat golongannya , pendapat-pendapat pemimpin ( Syekh ) mereka,
Bukan berdasarkan kode-kode ( rumus-rumus ) yang sukar dipahami atau dengan tanda-tanda ( isyarat ) yang mendalam.
ونبدأ بالتوبة
Dan kami akan mulai dengan membahas tentang tobat.
نقل من قسم الكتاب " جواهر التصوّف لِلوصول إِلَى الله المهدوف " للحقيرمحمّد أبى سفيان بن حسن الدين السونداوى الجاوى الإندونسي
DISALIN DARI SEBAGIAN KITAB “ JAWAAHIRUT TASHAWWUF LIL WUSHULI ILALLAHIL
MAHDUUF ( PERMATA-PERMATA ILMU TASHAWWUF UNTUK MENYAMPAIKAN KEPADA YANG
DITUJU )” KARYA AL-HAQIR MUHAMMAD ABY SUFYAN BIN HASANUDDIN AS-SUNDAWY
AL-JAWI AL-INDONISI
Tidak ada komentar :
Posting Komentar